welcome

welcome n' join

Rabu, 06 November 2013

BAGIAN DUA

Hari terakhir, SIKAT.

                “mediiiiiiiiiiiiiiiisss”, sontak, aku mendengar teriakan mentor di baris ujung, aku pun segera berlari sebelum “mediiiiiiiiiiiiiiiiss” teriak mentor cewek pas disamping aku. Aku pun bingung, tapi segera menolong mahasiswa baru yang sudah jatuh terkulai lemah didepan mataku. “ahh biar yang satu lagi di tangani anggota medis lain” batinku. Aku segera mengangkat tubuh lemah itu dengan beberapa panitia cewek lain yang baru datang setelah mendengar teriakan. Sambil terengah-engah dan berusaha menguatkan diri kami menggotong pasien yang malang ke pos sementara. Baru juga kami menurunkan si pasien, tiba-tiba terdengar lagi teriakan mentor memanggil panitia medis. “aishhh” aku pun geram. “ kok bisa mahasiswa baru sekarang ayam sayur semua”. Segera ku berlari ke lapangan. Sampai di TKP, si mahasiswa baru sudah digotong beberapa panitia cowok, kebetulan pasien kali ini pasien cowok. Busettt, si pasien tiba-tiba kentut. Lengkap sudah penderitaanku. Belum juga menarik nafas, “mediiissss cewek” teriak kakak mentor beberapa meter dari aku berdiri. Di situ cuma ada aku, jadi terpaksa aku berlari ke situ meski kakiku sudah bergetar karena kelelahan. Ternyata mahasiswa baru ini sesak nafas hebat. Wahh “ tanduuuu, tanduuuu”. Segera beberapa panitia cowok berlari ke arah kami sambil membawa tandu. Si pasien buru-buru di angkat ke tandu, aku berusaha melepas tas si pasien yang cukup berat, tapi gagal, tandu pun keburu di bawa lari, akhirnya aku ikut berlari-lari sambil memegang tas si pasien yang masih tersangkut dengan tangan si pasien yang di atas tandu.
Sampai di pos utama pasien di turunkan, aku memilih tinggal dipos utama untuk beristirahat di sana. Kebetulan ruangan ber-AC. Asik kali. Satu jam kemudian, aku kembali ke lapangan. Barisan senam tengkorak sudah bubar menjadi barisan perkelompok seperti upacara bendera. Teriakan-teriakan maut itu pun untungnya sudah reda. Huuft. Bukan mahasiswa baru saja ternyata yang syok dan terkaget-kaget dengan sumpah serapah sang mentor. Panitia juga. Aku salah satunya. Di pos sementara lah, untuk kesekian kali aku melihat abang arah jam 9. Kali ini dia memakai kaos hitam ngepas. aku memperhatikannya tanpa sekalipun mengedipkan mata. “dia sangat manis” batinku sambil tersenyum. Aku merasa sangat senang sampai bibirku tertarik 2 cm ke atas. Hehee. Abang arah jam 9 itu sibuk dengan tugasnya sebagai mentor. Ya tentunya teriak-teriak. Aku bangkit dari tempat dudukku, dan memilih berpanas-panasan di lapangan agar bisa melihat abang arah jam 9 lebih dekat. Hhmm 15 meter lah jarak kami berdua. Aku terus melihatnya berharap dia melihat ke arahku. Nihil. “aisshhh, itu orang kok konsisten banget jadi mentor. Huuft” aku kesal sendiri.
Beberapa saat kemudian, barisan pun bubar. Aku juga ikutan bubar, dan kembali ke pos sementara. Sedangkan mahasiswa baru disuruh membuat lapak seperti hari kemaren untuk beristirahat sambil berlatih lagu teknik dan berlatih hormat teknik. Mataku yang agak kecil semakin menyipit menyusuri daerah sekeliling mencari posisi abang arah jam 9. Yapp. Kali ini dia memilih lapak yang berbeda dari kemaren. Sekarang dia dan kelompok maba-nya itu memilih tempat di bawah parkiran mobil. Aku segera mencari posisi yang pas untuk menontonnya. Hehee (ahh aku benar-benar penguntit).
8 meter. Jarak aku berdiri dengan abang arah jam 9 yang sedang memberi ceramah kepada mahasiswa baru kelompoknya. Entah apa yang dibicarakan. Ahh aku tidak mau peduli topik apa itu. Yang penting aku bisa melihat abang arah jam 9, walau yang keseringan tampak bagian punggungnya.
Sepertinya dia cukup pintar berbicara. Tiba-tiba aku di kejutkan oleh temanku disamping yang tiba-tiba berbicara kepadaku. “ heh.. kok bengong, kesambet nantik, liat apasih” tanyanya ingin tau. Aku gelagapan. “emm.. ga, cuman liat mahasiswa baru”. Satu kawan lainnya menimpali, “seeh, belanja ya?” hahaaaa, “ hah.... emmm, hahaaaa” aku menjawab sekenanya sambil tertawa tidak mengerti.
“mbak, kayaknya aku ada suka deh sama cowok disitu,” kataku kepada satu kawan yang sering dipanggil “mbak” itu. Kami seangkatan dan sebaya dengan si mbak. Tapi kami sering memanggil dia mbak mungkin karena logat dia ngomong seperti orang jawa. Maklumlah dia dari kecil tinggal di pulau jawa dan pasti bergaul dengan anak-anak jawa lainnya. (ahh sok tau)
“yang mana?” tanyanya. “ yang baju hitam itu” jawabku sambil menunjuk ke arah abang jam 9. “ lihat ya, aku mau hipnotis dia” kataku sambil terkekeh sok mistis. “liat kebelakang, liat kebelakang, liat kebelakang.........” ulangku beberapa kali. Tiba-tiba abang arah jam 9 melihat kebelakang, (yaaaa karena di datangin temannya). “ahh itu nggak ada, dia liat karena dipanggil kawannya” gerutu si mbak. “ ahh, biariin, yang penting dia liat ke belakang” cibir aku. sambil tertawa senang. Dalam hati aku bertanya-tanya, siapa nama abang itu? Jurusan apa dia?......
Sore hari, ketika acara hampir selesai. Lapangan sudah dipenuhi mentor dan juga alumni. Semua panitia disuruh merapat ke lapangan. Begitu juga dengan pasien-pasien alias ayam sayur alias mahasiswa baru yang malang. Cuaca tidak begitu bersahabat. Sebentar lagi pasti turun hujan. Hmm. “sebentar lagi panitia juga disikat”batinku. Benar adanya, kami panitia dipanggil oleh alumni untuk berbaris di lapangan setelah sebelumnya mentor yang di suruh berdiri di lapangan. Kami panitia berlari, sementara alumni berteriak-teriak dan memaki kami. Begitu pun ketika kami sampai di lapangan. Hujan mulai turun. Meskipun gerimis, cukup membuat kami basah. Sekalipun Cuma akting, tapi aku dan teman-teman tetap gugup dan gemetaran. Setelah di teriakin, kami di suruh kembali ke tempat semula, acara pun di lanjutkan dengan ceramah dari senior-senior, kemudian juga tradisi mentor dan alumni di kejar mahasiswa baru. Sampai pada acara puncak, datang truk tangki air, dan panitia bagian perlengkapan segera menunaikan tugas mereka yang terakhir. Apalagi kalau bukan acara mandi massa( ahh entah iya sebutannya begitu). Mahasiswa baru terlihat sangat senang karena sudah di terima sebagai aneuk teknik. Kami semua bersuka cita. aku berusaha mencari-cari keberadaan abang arah jam 9 di dalam kerumunan mentor dan mahasiswa baru. Sekalipun aku berdiri di atas bangku taman yang terbuat dari beton, aku tetap harus berjingkrak-jingkrak karena memang pada dasarnya aku pendek. Akhirnya, mentor di suruh berbaris untuk bersalaman dengan mahasiswa baru yang harus segera pulang karena waktu sudah menunjukkan jam setengah 7. Aku melihat abang arah jam 9 berdiri di barisan paling ujung dekat dengan tempat aku berdiri. 7 meter, aku berasumsi. Sosok pria yang membuat aku tertarik itu tertawa lepas dengan teman-temannya yang juga mentor. Ahaa !! i must take a picture.
Aku mengambil gambar dengan kameraku, “ahh terlalu jauh, ga nampak deh”, aku pun melihat temanku di samping memegang kamera. Segera “ hei, tolonglah kamu ambil foto abang itu” tunjuk aku ke arah abang arah jam 9. “yang mana?” tanyanya masih bingung. “ abang yang pakai kaos hitam, dekat sama bang dika”kataku berharap. “okeh”dia mengiyakan sambil mengambil gambar. “ nantik kirim ke aku ya” pintaku. “kayaknya aku kenal deh sama abang itu” katanya tiba-tiba, “hah,, iya?” aku tertarik. “kayaknya sih jurusan mesin, namanya nggak tau aku” jawabnya tanpa melihat ke arahku. “hmm... oke deh”.
Kemudian, kami juga turun ke lapangan untuk berfoto dengan anggota panitia yang lain. Kami bersenda ria. Tentu saja kami sangat senang, perjuangan sebagai panitia medis selama tiga hari tidak sia-sia. Dan juga, berakhir sudah penderitaan batin karena teriakan maut sang mentor. Hohoo
Sebentar lagi mau magrib, aku dan satu orang teman berniat mengambil tas yang kami tinggal di pos utama. Di perjalanan ke pos utama, tepatnya di parkiran mobil, aku melihat abang arah jam 9 berdiri di trotoar dekat parkiran mobil. “wahh” jerit aku senang. Langsung tanpa sadar aku menarik tangan kawan aku agar berjalan di trotoar yang sama dengan pujaan hati aku itu. Sontak kawan aku kaget dan memukul tangan aku. “ssssttt, ikut aja” pintaku. Kami pun melangkah pelan-pelan naik ke trotoar, abang arah jam 9 bersama satu orang temannya sedang mengobrol. Dia mengenakan jaket putih bergaris biru. So fresh. Aku pelan-pelan melangkah menyusuri trotoar, aku melihat abang itu pun selesai berbicara dengan kawannya dan berjalan ke arah kami. Aku terus melihatnya, untungnya dia tidak melihat ke arahku. Lega. Sampai pada saat kami berpapasan, kawannya memanggil. Otomatis dia berhenti dan berbalik ke arah kawannya yang tadi. 1 meter. Arah jam 9. “aku berdiri 1 meter disampingnya” batinku berteriak riang. Aku sempat berhenti melihat dia disamping aku waktu itu, pasti ekspresi wajah aku aneh. Tiba-tiba teman aku langsung menarik aku mengajak pergi. Aku pun tersadar dari fantasi aku beberapa detik yang lalu. Aku segera mengikuti kawan aku tanpa menoleh ke abang arah jam 9.
Gerbang menuju pos utama sudah di gembok. Arrrgghhh. Mau tidak mau kami harus masuk melalui pintu gerbang satu lagi. “yuk, lewat gerbang satu lagi”teriakku. Aku segera menarik tangan kawanku, dan kami berlari-lari kecil. Aku berharap bertemu dengan abang arah jam 9. Tapi, dia sudah tidak ada di tempat tadi. Aku menarik nafas panjang. Kecewa. Tiba di pintu gerbang yang terletak agak ke dalam bangunan kampus, buru-buru aku masuk. Dan .... abang arah jam 9 di depanku, dengan jaket putih bergaris biru itu. Dia memegang pintu gerbang. Aku segera masuk pura-pura tidak melihat. Kemudian berlari ke dalam bangunan dengan perasaan senang dan kebiasaan aku “senyum-senyum sendiri”. heheee

Tidak ada komentar:

Posting Komentar