welcome

welcome n' join

Jumat, 26 April 2013

Cinta HemoFilia

             Filia, gadis 17 tahun, tinggal dengan papanya, pak Indra dan adiknya Boby. Mamanya meninggal dua tahun yang lalu karena mengidap penyakit hemofilia, Filia sedih sekali. Tapi mau gimana  lagi, sudah takdir Tuhan. Papanya bekerja sebagai seorang manager di sebuah perusahaan swasta. Adiknya Boby, masih kelas dua Smp, Filia sendiri sudah kelas dua Sma. Dulu Filia adalah gadis yang ceria, namun sejak ditinggal mati ibunya,dia berubah jadi pendiam dan pemurung.
Pagi itu, matahari bersinar dengan terang, langit biru menunjukkan keindahannya, jam dinding menunjukkan pukul 07.30 , waktuny pergi kesekolah. Filia ksekolah diantar papany. Disekolah dia juga termasuk gadis yang pintar. Tiba di sekolah,dia langsung masuk kekelasnya, duduk diam tanpa memperdulikan kesibukan kawan-kawannya. Merasa bosan dia pergi ke toilet. Tiba-tiba ada seorang cewek yang tidak sengaja menabraknya, Filia terjatuh dan kepalanya terbentur, berdarah,  dan Filia tak sadarkan diriceek tadi panik dan langsung berteriak minta tolong,orang-orang berdatangan dan Filia dibawa ke Rumah sakit.
Beberapa  menit kemudian, Filia sadar, disampingnya duduk seorang cewek yang lebih muda umurnya, dengan wajah pucat Filia berkata dengan suara yang hampr tidak kedengeran.
    “ dimana aku?”
    “ kakak udah sadar? Kakak sekarang lagi dirumah sakit. Tadi aku menabrak kakak, maafin aku ya kak, aku nggak sengaja”
“ kamu . . . siapa?” Filia berusaha bngun
    “ kakak jangan bangun dulu ya, berbaring aja kak, aku Merisa, adk kelas kakak”
Kemudian papa Filia datang dengan raut wajah yang cemas.
    “papa . . . ! papa tu darimana Filia disini?”
    Tadi papa dikasih tahu sama pak Bondan”
Tiba-tiba dokter datang dan meminta pak Indra berbicara empat dengannya.
    “ apa . . . . . .??? dokter jangan bercanda” . pak Indra terkejut mendengar pernyataan dokter bahwa Filia mengidap  penyakit hemofilia. Dokter menyatakan penyakit itu diwariskan dari seorang perempuan pengidap hemofilia kepada anak perempuannya dan tidak bisa disembuhkan. Pak Indra sangat sedih dan kembli keruangan Filia dengan mata memerah. Melihat papanya Filia jadi heran,
    “ papa, papa habis nangis ya . . . ?”
    “ ah . . nggak. Tadi mata papa cuma kelilipan, oia hari ini kamu udah boleh pulang, sayang”.
Pak Indr berusaha menyembunyikan apa yang terjadi. Tak lama kemudian Filia dibawa pulang, Merisa juga turut membantu Filia. Saat tiba di ptu keluar rumh sakit, ada beberapa perawat berlari keluar rumah sakit, sepertinya ada pasien yang lagi kritis. Merisa, Filia dn papanya menuggu sampai perawat itu masuk. Trnyata ada orang ynag baru kecelakaan. Melihat koran kecelakaan itu, Merisa berteriak histeris.
    “kak Hemoooooo . . . . !!” Filia dan papanya terkejut. Merisa berlari mengikuti para perawat itu. Filia dan papanya juga ikut. Namun , tiba diruang UGD, mereka dilarang masuk. Diluar Merisa menangis sejadi-jadinya. Filia dan papanya heran.
    “ mer, kamu kenapa? Dia itu kakak kamu?”. Merisa tidak memperdulikan pertanyaan Filia. Dengan gemetaran dia mengambil HP nya dan menelpon. Ternyata dia menelpon  orangtuanya.
Beberapa saat kemudian, orangtua Merisa datang dengan wajah cemas, Merisa puun menceritakan apa yang terjadi. Tak lama setelah itu orangtua Merisa dipanggil dokter untuk diberitahukan keadaan putra mereka, hemo.
    Keesokan harinya Filia kembali kesekolah, disekolah dia mencari Merisa tetapi, kawan Merisa bilang, dia tidak sekolah karena menunggu kakaknya yang lagi sakit. Pulang sekolah Filia pergi kerumah tempat kakak Merisa dirawat. Sesampainya disana, dia disambut baik oleh Merisa dan orangtuana. Sekarang kakak Merisa sudah agak baikan. Merisa mengenalkan kakaknya pada Filia
    “kak, ini kakak Meri, Hemo. Kak Hemo, ini kak Filia,kalian seleting lho . . .”
Hemo dan Filia saling tersenyum
    Sejak saat itu, Hemo dan Filia semakin akrab, bahkan terlalu akrab, Filia pun merasa senang. Begitu pula dengan Hemo. Orangtua Hemo senang melihat keakraban mereka, meskipun dalam hati sedih mengingat penyakit yang diderita anaknya,Hemo. Dokter bilang umur Hemo tidak lama lagi,bahkan jika terjadi kecelakaan ringan saja yang menyebabkan keluarnya darah akibatnya bisa fatal. Hemo tidak akan dapat diselamatkan. Hemo dan filia adalah ua muda-mudi yang tidak tahu apa yang mereka alami. Ketika disuruh minum obat, mereka piker itu hanya sakit biasa. Lama-lama Hmo dan Filia sama-sama dirundung cinta. Namun, keduanya merasa malu untuk mengungkapka. Hemo menceritakan apa yang dialami pada adiknya Merisa,bahwa dia jatuh cinta pada Filia. Mendengar curhat kakaknya, Merisa meminta kakaknya mengungkapkan isi hatinya pada filia.
    Hemo pun berniat akan meminta Filia jadi kekasihnya. Hari berikutnya, Hemo dengan wajah riang bersiap-siap akan menemui Filia. Dia menggunakan baju yang paling bagus. Namun, ketika dia keluar kamar, dia tidak sengaja mendengar pembicaraan papa dan mamanya tentang penyakit yang dideritanya. Hemo begitu terkejut,harapannya hancur. Karena tergesa-gesa tanpa sengaja dia menyenggol vas bunga. Papa dan mamanya menghampirinya. Mereka begitu sedih melihat Hemo menangis. Seumur hidup , mereka belum pernah melihat putranya menangis,bahkan ketika Hemo lahir kedunia, tak ada tangisan,sampai mereka berpikir bayinya tidak selamat. Papa dan mama Hemo menyesal. Padahal mereka tahu Hemo lag bahagia.

    “pa . . ma. . . kenapa kalian nggak ngasih thu Hemo kalau Hemo berpenyakit?”
    “maafin mama saying, mama Cuma nggak mau kamu sedih  . . .”
    “papa mama tega sama Hemo . . . . . !!” Hemo berlari keluar rumah. Orangtuanya tidak bsa melakukan apa-apa, mereka hanya bisa berdo’a untuk Hemo.
    Hemo pergi ke taman, tempat dia dan Filia sering bersama. Sementara itu, Filia pun dberi  tahu oleh merisa,bahwa Hemo akan menemuinya ditaman. Filia sudah tahu kalau Hemo akan menyatakan perasaannya pada Filia. Dia tah hal tersebut dari Merisa. Hati Filia berbunga-bunga, dia bahagia karena dia juga sangat cinta sama Hemo. Dia pun pergi ketaman dan duduk di akar pohon tempat favorit mereka. Hemo sendiri telah sampai ditaman, melihat Filia batinnya pilu,dia mengurungkan niatnya untuk menembak Filia. Ketika melihat Hemo hati filia berdebar kencang, melihat filia didepannya, Hem berusaha menyembunyikan perasaanhat filia didepannya, Hem berusaha menyembunyikan perasaannya.
    “hai. . . Hemo gimana kabar loe?” Filia juga berusaha menyembunyikan rasa groginya.
    “ hai juga, hmm loe ngapain kesini?” Hemo salah tingkah
    “ ngapain . . . yaa , katanya loe mau nemuin gue disini . . . . . .”Filia heran
    “  iyaa, , maksud gue, ngapain aja ?” Hemo kembali gugup karena salah ucap.
    “hahaha loe aneh,ague kan nungguin loe. Gimana sih,bytheway, loe mau ngomongin apa sih?”Filia  berusaha menarik Hmo ke pokok pembicaraan.
    “gue Cuma . . . . Cuma . . . .”
    “ Cuma apa ?!”
    “hmm , nggak. Sebenarnya . . . . . .”
    “ duuh, loe kenapa sih? Bilang aja,nggak usah malu-malu?” Filia terlihat kesal
    “sebaiknya . . .kita jangan ketemu lagi . . . .!”
    “maksud loe?”
    “maksud gue, gue nggak mau ketemu lagi sama loe,karena gue muak sama loe. . . .!!!”
Seperti tersambar petir, hti Filia hancur berkeping-keping. Harapannya kandas sudah. Dia tidak menyanka Hemo akan seperti itu. Dia merasa dibohongi Merisa. Hatinya begitu sakit,Hemo sendiri sebenarnya tidak tega menyakiti hati Filia. Tapi, mau gimana lagi.
Hemo hanya diam,dia berusaha membangun perasaannya kembali. Filia berlari pergi dari Hemo sambil menangis.
    Esoknya, Filia menemui Merisa dan menceritakan semuanya. Merisa pun terkejut dan tidak menyangka. Setelah pulang dari bertemu Filia, Merisa memarahi  kakaknya. Hemo semua diam. Setelah amarah Merisa mereda, barulah Hemo angkat bicara. Dia menjelaskan yang sebenarnya. Merisa merasa menyesal dan sedih, dan dia pun mengerti keadaan kakaknya. Dia kemudian menasehati kakaknya agar tetap mengungkapkan perasaannya. Mungkin Filia mau menerima apa adanya. Merisa kembali menemui Filia dirumahnya. Namun sayangnya, Filia akan pergi keluar negeri,katanya untuk berobat. Merisa berusaha mencari informasi tentang Filia. Akhirnya dia tahu kalau Filia juga mengidap penyakit hemofilia. Ternyata pulang dari menemui Merisa, Filia kecelakaan dan kehilangan banyak darah.
    Merisa memberitahu Hemo. Semula Hemo tidak percaya. Namun, Merisa berusaha meyakinkannya. Dengan buru-buru Hemo berusaha menemui Filia yang menurut informasi masih dirawat di Rumah Sakit Harapan Ibu. Hemo mengemudi mobilnya buru-buru . Naas . . . . dia menabrak mobil didepannya. Dia terluka parah, darah segar bercucuran dari kepalanya. Orang-prang segera melarikannya ke Rumah sakit terdekat. Untungnya, dia dibawa ke Rumah sakit Harapan Ibu. Dia terbaring di ranjang yang di dorong oleh beberapa perawat.
    Sementara itu, Filia yang rencananya akan dibawa berobat keluar negeri, terpaksa dia dibawa berobat ke ruang UGD di Rumah Sakit itu. Ranjang mereka berpapasan, melihat Filia,Hemo berusaha memanggil Filia, meskipun dengan kondisi yang sangat lemah. Dia meminta suster berhenti dan mendekatkannya dengan Filia. Filia pun melakukan hal yang sama. Hemo berusaha meraih tangan Filia,meskipun kondisi keduanya sedang kritis, tetapi mereka tetap ingin bersama.
    “Filia, maafin aku, sebenarnya, aku . . . . aku cinta sama kamu . . . .”
    “aku juga cinta sama kamu Hemo. . . . .” mereka saling memandang kemudian tersenyum dan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . mereka menghembuskan nafas terakhir. Orang-orang yang melihat mereka menangis iba, cinta suci mereka berakhir sampai mati . . . . . . .

by Agusnimar