welcome

welcome n' join

Rabu, 21 September 2011

Resensi Perkembangan Arsitektur Jepang setelah Perang Dunia 2, 1950-an

       Perang Dunia II, atau Perang Dunia Kedua (biasa disingkat PDII) adalah konflik militer global yang terjadi pada 1 September 1939 sampai 2 September 1945 yang melibatkan sebagian besar negara di dunia, termasuk semua kekuatan-kekuatan besar yang dibagi menjadi dua aliansi militer yang berlawanan,  Sekutu dan Poros.  perang dunia ini meletus setelah 2 kota di jepang di bom oleh sekutu, yaitu kota Hiroshima dan Nagasaki.
dan berakhir pada tanggal 14 Agustus 1945 pada saat Jepang menyerah kepada tentara Amerika Serikat. Secara resmi PD II berakhir ketika Jepang menandatangani dokumen Japanese Instrument of Surrender di atas kapal USS Missouri pada tanggal 2 September 1945, 6 tahun setelah perang dimulai.
akibat perang dunia kedua ini, terjadi perubahan global besar-besaran. Baik dari segi politik, ekonomi, sosial-budaya, bahkan termasuk didalamnya perkembangan arsitektur. Di Jepang khususnya yang menjadi titik ledak perang dunia kedua, perkembangan arsitekturnya pun sangat berpengaruh terhadap arsitektur negara Asia lainnya.
berikut akan dijelaskan periode perkembangan arsitektur Jepang antara tahun 1950-an sampai dengan tahun 1990-an.

1. Tema                         : Pendekatan Teknik
    Arsitek                      : Kunio MAEKAWA

         Lahir 14 Mei 1905, Niigata-shi, Jepang - meninggal 27 Juni 1986, Tokyo) Jepang arsitek. Maekawa worked as a drafter for Le Corbusier in Paris and for Antonin Raymond in Tokyo. Maekawa bekerja sebagai drafter untuk Le Corbusier di Paris dan untuk Antonin Raymond di Tokyo. In early works, such as Hinamoto Hall (1936) and the Dairen Town Hall (1938), he tried to counteract the pompous style of the Japanese imperialist regime. Dalam karya-karya awal, seperti Hinamoto Aula (1936) dan Dairen Town Hall (1938), ia mencoba untuk melawan gaya angkuh rezim imperialis Jepang. In the 1950s he continued to work primarily in the Brutalist style of Le Corbusier ( see Brutalism ). Pada tahun 1950 ia terus bekerja terutama dalam gaya Brutalist Le Corbusier (lihat Brutalism ). Buildings such as the Educational Centre in Fukushima (1955) and the Harumi flats and the Setagaya Community Centre, both in Tokyo (1959), reflect his efforts to use concrete in a manner appropriate to the material. Bangunan seperti Pusat Pendidikan di Fukushima (1955) dan flat Harumi dan Setagaya Community Centre, baik di Tokyo (1959), mencerminkan upaya untuk menggunakan beton dengan cara yang tepat untuk materi. His community centres influenced Tange Kenzo , who started out in Maekawa's office. Komunitasnya pusat dipengaruhi Kenzo Tange , yang mulai keluar di kantor Maekawa itu 
ia menonjol di antara arsitek modern Jepang, Kunio Maekawa  juga pernah magang di Prancis selama tahun 1930-an.
Karakter Bangunan    : terkenal karena ia menggunakan beton arsitektur, pasca-Perang Dunia II                    kontribusinya disertakan desain untuk struktur prefabrikasi dan apartemen bertingkat tinggi.

Karya                        : Gedung Kantor Pusat Bank "Nippon Sogo"(1952)
gambar                     
 
















2. Tema                        : Perselisihan Gaya Arsitektur Jepang.
    Arsitek                     : Kenzo TANGE

                         Kenzo lahir di Sakai, Osaka, Jepang, 4 September 1913. Sejak SMP Kenzo ingin jadi arsitek diawali keterpesonaannya pada buku Le Corbusier. Karya-karya Le Corbusier terus menyetir imajinasi Kenzo, sampai ia menjadi siswa jurusan arsitektur di fakultas teknik Universitas Tokyo tahun 1935            
Prinsip arsitektur tradisional Jepang adalah kesederhanaan.
karakter bangunan : menonjolkan elemen konstruksi hingga sekaligus berfungsi estetik. Tak ada elemen hiasan selain konstruksi balok, konsol, yang diekspos seperti konstruksi kayu


"tidak ada desain yang cantik namun fungsional"

Karya           : Gedung kantor pemerintah pusat Tokyo (1957)
                      Kantor prefectur Kagawa(1958)









Tidak ada komentar:

Posting Komentar